Senin, 07 April 2014

Family

  Duvall (1977) mengemukakan bahwa keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi dan kelahiran, yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial setiap anggota keluarga.

  Menurut Jhonson R-Leny R, 2010 keluarga berasal dari bahasa sansekerta yang artinya kula dan warga : "kulawarga" yang berarti anggota, kelompok kerabat. Keluarga adalah lingkungan dimana beberapa orang masih memiliki hubungan darah. Banyak ahli menguraikan pengertian keluarga sesuai dengan perkembangan sosial.[1]

   Berikut ini adalah istilah-istilah yang ada dalam kehidupan berkeluarga yang bersangkutan dengan orangtua (jika mereka sudah bercerai atau belum, sudah meniggal atau belum).
1. Serial monogamy adalah ketika seseorang memiliki beberapa pasangan dalam seumur hidupnya, tetapi hanya satu pasangan pada suatu waktu.
2. Polygamy adalah ketika seseorang memiliki beberapa suami atau istri secara bersamaan.
3. Polygyny adalah pernikahan dari seorang pria untuk lebih dari satu wanita pada suatu waktu yang sama.
4. Polyandry adalah pernikahan dari seorang wanita untuk lebih dari saru pria pada suatu waktu yang sama.
    
    Keluarga terbagi menjadi 2, yaitu :
1. Keluarga inti, adalah inti atau pokok dimana kelompok keluarga yang lebih besar dibangun, yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anaknya.
picture 1.1  keluarga inti

2. Keluarga besar adalah keluarga dimana kerabat tinggal di rumah yang sama dengan orangtua dan anak-anak mereka, seperti kakek, nenek, paman, bibi, dan sepupu-sepupu.
picture 1.2 keluarga besar

Ada beberapa pertanyaan dan beberapa istilah dalam keluarga, seperti :
Dengan siapa kita terkait?
1. Bilateral Descent : kedua sisi keluarga dianggap sama pentingnya.
2. Patrilineal Descent : hanya sisi keluarga ayah yang penting.
3. Matrilineal Descent : hanya sisi keluarga ibu yang penting.

Siapakah yang memimpin?
1. Patriatchy : laki-laki diharapkan untuk lebih mendominasi dalam mengambil keputusan yang berhubungan dengan keluarga.
2. Matriachy : wanita yang memiliki wewenang yang lebih besar dibandingkan dengan laki-laki.
3. Egalitarian family : sebuah keluarga yang kedua pasangan dianggap sederajat dan tidak ada yang lebih dominan.

  Pola asuh anak di dalam keluarga terbagi menjadi 5 jenis, yaitu :
1. Parenthood and Grandparenthood : salah satu yang paling penting yaitu peran orang tua sebagai sosialisasi anak. Apabila ada anak-anak dewasa berdiam diri didalam rumah, akan menjadi boomerang generation atau full-nest syndrome. 
2. Adoption : proses yang memungkinkan untuk transfer hak dan tanggung jawab secara hukum untuk orangtua baru yang sudah disesuaikan dengan hukum yang sudah berlaku.
3. Dual-Income Families : ketika kedua orangtua dalam keluarga tersebut bekerja dan mempunyai penghasilan masing-masing.
4. Single-Parent Families : ayah atau ibu yang membesarkan anaknya sendirian tanpa pasangan lain.
5. Stepfamilies : meningkatnya tingkat perceraian dan pernikahan yang menyebabkan peningkatan yang signifikan terhadap hubungan keluarga tiri.[2]

  Menurut asal katanya, Globalisasi berasal dari kata Global yang artinya Universal. Beberapa orang mendefinisikan globalisasi sebagai berikut : 
- Internalisasi, Globalisasi juga dapat diartikan sebagai meningkatnya hubungan Internasional.
- Universalisasi, Globalisasi juga digambarkan sebagai semakin tersebarnya hal material maupun inmaterial ke seluruh dunia.
- Westernisasi, adalah salah satu bentuk universalisasi dengan semakin menyebarnya pikiran dan budaya barat sehingga mengglobal keseluruh dunia.
- Hubungan transplanetari dan suprateritorialitas, arti ini berbeda dengan arti dari keempat definisi diatas. Pada definisi keempat pertama, masing-masing negara masih mempertahankan status ontologinya. Pada pengertian kelima, dunia global mempunyai status ontologinya sendiri, bukan sekedar gabungan negara-negara.[3]
Kehidupan di era digital saat ini sudah banyak mempengaruhi pola pikir anak-anak. Sebagai orangtua, kita harus memperhatikan hal apa saja yang bisa kita lakukan agar anak kita tidak terlalu terpengaruh dengan hal-hal yang diberikan oleh dunia digital saat ini.
Berikut tips-tips mendidik anak di era digital :
1. Kita sebagai orang tua harus bisa mengajar dan mengenalkan Teknologi Informasi dan Komunikasi terhadap anak kita.
2. Menyaring dan menyeleksi kontennya dan dibutuhkan pendampingan terhadap anak-anak kita. Jangan sampai mereka membuka laman-laman yang seharusnya tidak boleh dibukanya.
3. Mengendalikan waktu akses dengan barang-barang digital, ajak anak bermain dan berinteraksi tanpa mesin. Hal ini dilakukan agar anak tidak terpaku dengan barang-barang digital seperti halnya gedget (iPad, Blackberry, iPhone, Android, dll).
4. Kita sebagai orangtua harus bisa mengetahui cara memakai barang-barang digital tersebut. Dengan kata lain, kita yang harus mengenalkan dan mengajarkan cara menggunakan barang-barang itu, bukannya sang anak yang mengajarka hal itu kepada orangtuanya.
Ada hal-hal yang harus dilakukan oleh orangtua jika anak sudah mulai kecanduan perangkat digital :
- Rumuskan pola pengasuhan dengan suami/istri (pola pengasuhan yang otoriter, permisif, otoritatif, atau tidak peduli).
- Membedakan pengasuhan anak perempuan dan anak laki-laki.
- Jika anak sudah kecanduan, lakukan terapi.
Langkah-langkah untuk menjadi terapis :
1. Bersikap tenang.
2. Hindari rasa marah dan panik.
3. Menerima permasalahannya dan memafkan,
4. Validasi 3P : penerimaan, pujian, dan penghargaan.
Jenis-Jenis Parenting Style :
- Authoritative : bersikap demokrasi, ada batasan dan bimbingan, dan bersedia mendengarkan ide-ide dari anak.
Hasilnya terhadap anak : Anak akan merasa bahagia, percaya diri yang tinggi, dan mampu mengendalikan diri.
- Authoritarian : bersikap tidak toleran, harus taat dan sesuai dengan perintah orangtua, banyak aturan yang harus dijalani, dan kurangnya komunikasi.
Hasilnya terhadap anak : konsep diri negatif dan tidak dapat menginternalisasikan stardart moral.
- Permissive : terlalu dibebaskan, diperbolehkan melakukan apapun yang mereka inginkan, tidak ada bimbingan, arahan dan batasan dari orangtua, dan terlalu memanjakan anak.
Hasilnya terhadap anak : kurang dewasa, agresif yang tinggi, memberontak, kurang pengendalian diri, dan kurang kepercayaan diri.
- Neglect / Uninvolve : orangtua tidak peduli dengan anaknya, tidak ada komunikasi dan bimbingan, dan orangtua yang lalai dalam mengurus anaknya.
Hasilnya terhadap anak : anak menjadi tidak berpendirian, moody, agresif, dan self esteem nya menurun.[4]
Referensi :
1 ^ Konsep Keluarga. Diambil tanggal 7 April 2014, dari http://zoelkiflyunismuh10wordpres.wordpress.com/2013/03/26/konsep-keluarga/
2 ^ BINUS University. BINUS MAYA : Human Organizations: Group, Families, Communities, and States. Diambil tanggal 16 April 2014, dari http://cms.binus.ac.id/Backend2/ContentCoNEW//L0716/CO/L07160000220134004Human%20Organizations.ppt

3 ^ Kompasiana. Kehidupan di Era Globalisasi. Diambil tanggal 7 April 2014, dari http://regional.kompasiana.com/2013/01/29/kehidupan-di-era-globalisasi-523958.html
4 ^ Infinita Consulting. Tantangan pedidikan anak di era globalisasi.

1 komentar:

  1. isinya bagus, bisa menjadi inspirasi buat kita semua terutama bagi orang tua. Jadi saya beri nilai 90

    BalasHapus